BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya dan suku bangsa.Dayak merupakan
salah satu dari ribuan suku yang terdapat di Indonesia. Dayak ini dikenal
sebagai salah satu suku asli di Kalimantan. Mereka merupakan salahsatu penduduk
mayoritas di provinsi tersebut. Kata Dayak dalam bahasa lokalKalimantan berarti
orang yang tinggal di hulu sungai. Hal ini mengacu kepadatempat tinggal mereka
yang berada di hulu sungai- sungai besar.
Agak berbeda dengan kebudayaan Indonesia lainnya yang
pada umumnyabermula di daerah
pantai, masyarakat suku Dayak menjalani sebagian besarhidupnya di sekitar
daerah aliran sungai pedalaman Kalimantan.
Dalam pikiran orang awam, suku Dayak hanya ada satu
jenis. Padahalsebenarnya mereka
terbagi ke dalam banyak sub-sub suku. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
terpencarnya masyarakat Dayak menjadi kelompok-kelompok kecil dengan
pengaruh masuknya kebudayaan luar. Setiap sub suku memilikibudaya unik dan
memberi ciri khusus pada setiap komunitasnya.
Dan dalam makalah ini saya akan membahas tentang kebudayaan Suku Dayak Punan.
2. RumusanMasalah.
Dari latar belakang tersebut maka
dapat dirumuskan masalah sebagaiberikut:
1.
Dimana lokasi suku Dayak Punan?
2.
Darimana asal mula suku Dayak Punan?
3.
Bagaimana kehidupan Suku Dayak Punan
di masa dulu dan sekarang?
3. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui dimana lokasi suku
Dayak Punan.
2.
Untuk mengetahui dari mana asal mula
suku Dayak Punan.
3.
Untuk mengetahui kehidupan suku
Dayak Punan di masa dulu dan sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
1. DAERAH PERSEBARAN DAN POPULASI DAYAK PUNAN
Punan adalah salah satu rumpun suku
Dayak yang terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Timur. Dayak Punan juga tersebar di Sabah dan Serawak, Malaysia Timur yang
menjadi bagian dari Pulau Kalimantan. Populasinya paling banyak ditemukan di
Kalimantan Timur diperkirakan berjumlah 8.956 jiwa suku Punan yang tersebar
pada 77 lokasi pemukiman. Punan sendiri memiliki 14 sub rumpun diantaranya
Punan Hovongan, Punan Uheng Kereho dan Punan Kelay. Dihitung dari populasi
keberadaan Dayak Punan ini kian tahun kian menurun bahkan cendrung punah.
Tetapi walau demikian mereka tetap saja tak pula berubah dengan pola adat
istiadad dari leluhur mereka yang dipercayai.
2. ASAL USUL DAYAK
PUNAN.
Dalam riwayat atau cerita, leluhur mereka ini
asal-usulnya datang dari negeri yang bernama “Yunan “ sebuah daerah dari
daratan Cina. Mereka berasal dari keluarga salah satu kerajaan Cina yang kalah
berperang yang kemudian lari bersama perahu-perahu, sehingga sampai ke tanah
Pulau Kalimantan. Karena merasa aman, mereka lalu menetap di daratan tersebut.Walau demikian, mungkin akibat trauma peperangan,
mereka takut bertemu dengan kelompok masyarakat manapun. Mereka kuatir
pembantaian dan peperangan terulang kembali sehingga mereka bisa habis atau
punah tak bersisa. Karena itulah oleh para leluhur mereka dilakukan pelarangan
dan pantangan bertemu dengan orang yang bukan dari kalangan mereka.Memang pada
Abad ke 13, daratan Cina penuh dengan pertikaian dan peperangan antara
raja-raja yang berkuasa untuk menentukan salah satu kerajaan besar yang
menguasai seluruh daratan Cina. Karena saling tak mengalah, maka terjadilah
peperangan sesama mereka untuk menentukan kerajaan mana yang paling besar dan
menguasai seluruh daratan Cina itu.
3.
SUKU PRIMITIF
Dari keseluruhan Suku Dayak, orang Punan
inilah yang paling terbelakang baik budaya maupun kehidupan mereka. Secara umum
mereka ini agak primitif dengan tinggal di goa-goa anak anak sungai dan lain
sebagainya. Mereka juga tak mengenal pakaian bagus dan kemajuan zaman. Lebih
aneh lagi dari kehidupan masyarakat Punan ini adalah secara umum mereka merasa
takut dan alergi terhadap Sabun . Entah apa sebabnya tak ada yang mengetahui
secara pasti.
Keadaan hidup primitif ini membawa
mereka selalu berpindah pindah dari satu tempat ke lain tempat dan terus
menghindar dari kelompok manusia lain. Dalam kepercayaan mereka para leluhur lah
yang menghendaki demikian. Dengan banyak tanda yang diberikan semisal ada
diantara mereka yang meninggal. Setelah dikubur, serentak mereka berpindah
menuju daerah lain. Mereka sangat percaya kalau roh yang meninggal akan
bergentayangan membuat mereka tak akan merasa tenteram. Warga Punan ini disebut
juga warga pengembara dan hidup dalam satu kelompok tanpa berpisah pisah.
Mereka juga senang dengan makanan yang
masih mentah seperti sayur sayuran hutan yang berasal dari pohon nibung atau
banding (teras dala). Begitu pula dengan daun pakis, atau labu hutan yang
memang banyak terdapat. Soal beras tak terlalu perlu bagi mereka. Makanan utama
mereka adalah umbi dan umbut umbutan hutan, ditambah dengan daging buruan yang
mereka temukan. Untuk daging inipun jarang mereka masak. Jika ada binatang
buruan yang didapat mereka lebih suka menjemur daging-daging tersebut di
matahari panas sehingga menjadi daging asinan atau dendeng.
4.
MEMILIKI KESAKTIAN
Punan adalah orang gaib, manusia
perkasa di hutan rimba. Mereka bisa menghilangkan diri hanya dengan berlindung
di balik sehelai daun. Jejaknya sulit diikuti. Mereka berjalan miring dan
sangat cepat. Tubuh mereka ringan karena tidak makan garam. Orang Punan sangat
ditakuti oleh suku lainnya karena merupakan suku yang berani dan berilmu
tinggi. Mereka memiliki kelebihan insting dalam berburu dengan kecepatan luar
biasa. Selain kecepatan, suku Punan juga dianugerahi kekuatan fisik yang luar
biasa, seorang perempuan saja bahkan dapat mengangkat motor perahu berkekuatan
40 PK dengan mudahnya. Padahal biasanya dibutuhkan dua orang pria untuk
mengangkat benda berat tersebut. Mungkin kekuatan tubuh yang di atas rata-rata
mereka dapatkan dari tempaan alam. Orang-orang Punan ini juga memiliki
kelebihan dengan penciuman mereka. Mereka tahu ada sesuatu melalui arah
bertiupnya angin. Hebatnya mereka bisa membedakan bau manusia, dan binatang
binatang dengan jarak yang cukup jauh. Walaupun dalam kondisi apapun mereka
tahu kalau bau binatang atau manusia yang tercium membahayakan mereka.
5. JAGO BERPERANG
Konon,
orang Punan jaman dahulu sangat ditakuti oleh suku Dayak lainnya karena mampu
berperang dengan baik. Sebagai “pemburu kepala” atau “ngayau” (dalam bahasa
Inggris diistilahkan head hunter). Termasuk dalam kategori suku kanibal karena
mempunyai kebiasaan memenggal, memakan hati dan isi perut lawannya adalah hal
yang lumrah mereka lakukan. Mereka juga punya kebiasaan memakan bagian punggung
kanan musuhnya yang tewas dalam perang karena bagian tubuh itulah yang diyakini
paling enak dimakan.
Dalam keseharian mereka selalu
waspada dan siap berkelahi dengan siapapun, termasuk binatang-binatang ganas di
dalam hutan. Tradisi siap tempur ini diwarisi semenjak nenek moyang mereka
sebagaimana diceritakan di atas tadi. Mereka memiliki ilmu bela diri yang
sangat tangguh dan berbeda dengan ilmu bela diri secara umum yang ada di
masyarakat. Mungkin ilmu bela diri yang mereka miliki adalah ilmu yang mereka
bawa dari daratan Cina asal-usul leluhur mereka.
6. TERTUTUP DENGAN
DUNIA LUAR
Suku yang satu ini sulit berkomunikasi
dengan masyarakat umum. Kebanyakan mereka tinggal di hutan hutan lebat, di
dalam goa-goa batu dan pegunungan yang sulit dijangkau. Sebenarnya hal tersebut
bukanlah kesalahan mereka. Namun karena budaya pantangan leluhur yang tak
berani mereka langgar terjadilah keadaan demikian. Hal ini sebenarnya adalah
kesalahan dari leluhur mereka . Mungkin akibat trauma peperangan, mereka takut
bertemu dengan kelompok masyarakat manapun. Mereka kuatir pembantaian dan peperangan
terulang kembali sehingga mereka bisa habis atau punah tak bersisa. Karena
itulah oleh para leluhur mereka dilakukan pelarangan dan pantangan bertemu
dengan orang yang bukan dari kalangan mereka.
7. AKTIVITAS SEKS
Bagi Punan yang tinggal di dalam
goa-goa, kebanyakan tak mengenal suami atau isteri. Secara umum jika mereka mau
bergaul tergantung dari kesepakatan atau suka sama suka. Dalam keseharian jika
ada di antara wanita dan pria yang saling suka, mereka melakukan hubungan intim
di dalam hutan. Jadi bagi mereka tak ada istilah cemburu atau rasa memiliki
sendiri. Jika ada yang hamil kemudian melahirkan, maka anak tersebut adalah
anak bersama mereka. Di mana mereka saling sayang menyayangi dan saling merawat
satu dan lainnya. Begitu juga dengan tradisi melahirkan, jika ada yang hamil
tua dan mau melahirkan wanita tersebut dibawa ke dalam hutan atau tepi sungai
untuk melahirkan bayinya.
8. KEHIDUPAN EKONOMI
Kehidupan dan kerja mereka sehari-hari
berdasarkan limpahan kasih dari alam. Memang mereka bisa juga berhubungan
dagang dengan masyarakat umum, tetapi tidak ditukar dengan uang namun dilakukan
secara barter (Pertukaran). Yang dibawa mereka adalah seperti rotan, damar,
kayu gaharu, sarang wallet. Yang dibarter dengan , gula, tembakau atau rokok.
Dan ada pula kain kainan.
Cara penukaran barangpun tidak
langsung bertemu dengan orangnya, melainkan barang barang yang dibawa
diletakkan disuatu tempat yang tersedia. Setelah barang mereka diambil dan
dibayar pula dengan barang yang dibutuhkan mereka. Setelah yakin pengantar
barang sudah tidak ada, maka barulah mereka mengambil barang yang menjadi milik
mereka.
9. KEHIDUPAN MODERN
SUKU PUNAN
Dayak
Berusu, adalah salah satu anak suku Dayak Punan. Tetapi Dayak yang satu ini
sudah mengenal kehidupan modern. Keberadaan mereka banyak di daerah pesisir,
yaitu di daerah Sekatak Kabupaten Bulungan mendiami sekitar 13 desa. Kehidupan
mereka sangat berbeda dengan mereka yang masih primitif.
Mereka dalam keseharian senang
melakukan pesta memakan daging buruan serta meminum-minuman keras buatan mereka
sendiri, yang terdiri dari bahan beras ketan dan tetumbuhan. Acara minum dan
pesta tersebut mereka lakukan pada waktu panen terlebih jika ada yang meninggal
dunia.
Namun kebebasan bergaul sesama mereka
tetap saja tak berubah. Di samping itu mereka juga tak pernah menerima
masyarakat lain ke dalam kehidupan keluarga mereka. Walaupun masyarakat lain
tersebut adalah orang orang dari Suku Dayak pula.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Jadi, setalah apa yang diruaikan tadi dapat kita
simpulkan bahwa Suku Dayak Punan merupakan suku yang
berasal dari negeri Yunan yang terletak di sebuah daerah di Cina. Dan Suku
Dayak Punan merupakan suku yang tergolong tertutup. Tetapi, ada juga anak suku
Dayak Punan yang mulai merasakan modernisasi, namun walaupun telah mendapat
pengaruh modernisasi, tradisi adat istiadatnya tidak berubah serperti suku
Dayak Barusu yaitu salah satu anak suku Dayak Punan.
2.
SARAN
Dari
uraian di atas, maka dapat disaran beberapa hal. Diantaranya :
a) Perlunya pemahaman tentangbudayaDayakPunan
b) Perlunya kita untuk menjaga budaya
kita.
c) Perlunya pengetahuan tentang cara
mengatasi agar budaya kita tidakpunahdan
di cap sebagaibudaya lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar